Senin, 21 Desember 2009

Pria yang disunat lebih disukai

Nurul Ulfah - detikHealth

Chicago, Studi terbaru melaporkan bahwa wanita merasa lebih puas berhubungan seks dengan pria yang disunat ketimbang dengan pria yang tidak disunat. Kebersihan alat kelamin pria sangat menentukan kepuasan wanita.

Beberapa pakar sebelumnya pernah berasumsi bahwa dengan memangkas kulit kepala penis (menyunat), kenikmatan wanita dalam berhubungan seks menjadi berkurang. Namun peneliti dari Uganda membantahnya dengan membuktikan bahwa para wanita justru merasa puas setelah pasangannya disunat.


Meski demikian, Dr Ronald H Gray mengatakan efek kepuasan tersebut tidak terlalu signifikan, bahkan tidak berpengaruh sama sekali pada pria itu sendiri. Studi dilakukan dengan mewawancara 455 wanita berusia 15 hingga 49 tahun, sebelum dan sesudah suaminya disunat.

Hasilnya, 177 wanita (39,8 persen) mengaku mengalami peningkatan kepuasan seksual setelah suaminya disunat. Sementara itu, hanya 13 wanita (2,9 persen) yang
dilaporkan mengalami penurunan tingkat kepuasan seks.

Alasan utama yang banyak disebutkan wanita yang mengalami tingkat kepuasan seks adalah karena tingkat higienis (kebersihan) yang lebih baik pada pria yang disunat. Alasan lainnya adalah frekuensi orgasme pria maupun wanita yang lebih sering, kemampuan mempertahankan ereksi yang lebih baik dan hasrat seksual pria yang lebih besar.

Studi ini semakin menguatkan bahwa sunat pada pria membawa manfaat yang besar. Sebelumnya peneliti pernah membuktikan bahwa sunat pria mencegah risiko penyebaran HIV. Bahkan di Uganda, Kenya dan Afrika Selatan, penurunan tingkat infeksi HIV dengan teknik sunat bisa mencapai 50 hingga 60 persen.

"Studi ini sangat penting dan unik. Di Afrika timur dan selatan, tingginya prevalensi infeksi HIV berkorelasi dengan rendahnya tingkat penyunatan. Jika kita bisa meningkatkan proporsi pria yang disunat maka prevalensinya akan turun pada 10 hingga 20 tahun mendatang. Opini wanita tentang kepuasan seksual yang dirasakannya setelah pasangannya disunat juga bisa membantu," kata Dr Robert C Balley dari University of Illnois at Chicago School of Public Health seperti dilansir Health24, Minggu (20/12/2009).

2 komentar:

  1. penelitian di Indonesia belum ada ya??/ atau rumah sunat smart mau menelitinya?

    BalasHapus
  2. sejauh yang saya tahu blum ada penelitian serupa di Indonesia.Smoga saja ada kesempatan meneliti

    BalasHapus